TURIN – Hasil imbang 0-0 melawan rival sengit AC Milan di Allianz Stadium, Senin (6/10/2025) dini hari WIB, seharusnya menjadi poin berharga bagi banyak tim. Namun, bagi bek Juventus, Pierre Kalulu, hasil tersebut justru meninggalkan rasa kecewa yang mendalam. Keterbukaan Kalulu menyuarakan ketidakpuasan ini menjadi cerminan nyata dari standar tinggi dan mentalitas juara yang terus dijaga oleh skuad Bianconeri..
Baca Juga : Berita Unik dari Arena Digital: Turnamen Slot Gacor Bertema Olahraga, Mencari Jackpot Juara!
Meskipun Juventus berhasil menghindari kekalahan berkat kegagalan penalti Rossoneri pada babak kedua, Kalulu menegaskan bahwa satu poin di kandang sendiri bukanlah target yang memuaskan.
Satu Poin Adalah Kewajiban, Bukan Kepuasan
Seusai pertandingan, alih-alih merayakan keberhasilan mencatat clean sheet melawan tim yang sedang on fire, Kalulu justru menunjukkan raut wajah tidak gembira. Ia secara lugas menganggap hasil imbang saat melawan Milan sebagai sesuatu yang “wajib diambil” dalam kondisi terpaksa, bukan sesuatu yang patut dirayakan.
“Kami tidak puas dengan hasil imbang ini, tetapi kami harus menerimanya dan fokus pada pertandingan berikutnya,” kata Pierre Kalulu.
Pernyataan ini menggarisbawahi mentalitas klub yang menargetkan kemenangan di setiap laga, terutama di kandang, dan menunjukkan betapa tingginya tuntutan yang ditetapkan para pemain kepada diri mereka sendiri. Kalulu mengakui bahwa pertandingan berjalan sangat rumit melawan tim kuat yang dalam performa terbaik, di mana kedua tim sama-sama memiliki peluang untuk mencetak gol. Namun, target Juventus tetaplah tiga poin.
Perubahan Peran: Ambisi Lebih Menyerang dari Seorang Bek
Selain mengomentari hasil akhir, pemain asal Prancis ini juga menyoroti peran barunya di bawah arahan pelatih. Kalulu kini lebih sering dimainkan di posisi yang lebih agresif, beroperasi di sisi kanan pertahanan namun memiliki kebebasan untuk menusuk ke depan, menambah daya gedor serangan.
Perubahan taktik ini menempatkannya dalam situasi yang lebih menyerang, suatu peran yang disikapinya dengan optimisme tinggi. Meskipun setiap pemain memiliki preferensi posisi ideal, Kalulu melihat sisi positif yang menarik dari peran barunya ini.
“Setiap orang punya preferensinya, tetapi di posisi itu, saya mungkin bisa mencetak lebih banyak gol,” ungkapnya.
Refleksi Kalulu menunjukkan bahwa para pemain Juventus tidak hanya berfokus pada tugas defensif tradisional, tetapi juga bersedia beradaptasi untuk memaksimalkan kontribusi ofensif tim. Amunisinya untuk mencetak gol ini sejalan dengan target tim yang sangat tinggi di musim ini.
Mentalitas yang ditunjukkan Kalulu ini menjadi faktor krusial dalam persaingan Serie A, menandakan bahwa Juventus—terlepas dari tantangan di musim-musim sebelumnya—masih mempertahankan DNA pemenang mereka. Mereka tidak akan pernah puas dengan hasil yang kurang dari sebuah kemenangan, bahkan ketika menghadapi rival terkuat.